Wellcome In DNA DESIGN WORKSHOP Creative Design Solution For Every Bussines Menerima Jasa Design | Setting | Printing | Offset | Contruction

Wednesday, 27 December 2017

Aksara Incung

AKSARA INCUNG 

Untuk mengenal kembali karya peradaban suku Kerinci masa silam, harus dimulai dari mana asal mulanya aksara Incung secara historis, aksara yang dipergunakan masyarakat Kerinci zaman dahulu tentang penggambaran simbol aksara. Dalam penyebarannya secara politis dan kebudayaan masyarakat Kerinci erat hubungannya dengan Sumatera Barat dan Sumatera Selatan dimasukkan ke dalam kepustakaan Sumatera Selatan yang disusun oleh Helfrich dan Wellan dan diterbitkan oleh Zuid- Sumatra Instituut (Institut Sumatera Selatan)” . Dalam penyebaran aksara, Incung dekat dengan aksara Batak, Rejang dan Lampung, Madagaskar, Filipina. AksaraIncung adalah salah satu aksara tradisional yang ada di Indonesia. Bagi masyarakat Kerinci, Aksara ini sangat dikeramatkan dan dianggap sakral karena diyakini berasal dari latar belakang perwujudan budaya alam, manusia, dan ketuhanan. Aksara Incung ditulis di atas benda-benda yang di keramatkan, seperti tanduk kerbau, bambu, kulit kayu, kain, dan kertas. 

Secara Historis aksara Incung suatu bukti ditemukannya naskah-naskah kuno berumur lebih dari dua ratus tahun. Naskah kuno beraksara incung (Ka-Ga-Nga ) yang sampai saat ini masih disimpan oleh orang Kerinci, tepatnya sejak zaman sesudah adanya prasasti Sriwijaya abad ke 7 di Karang Berahi (Kabupaten Merangin) bertulisan Pallawa Bahasa yang dipakai dalam penulisan naskah-naskah tersebut adalah bahasa Kerinci Kuno yaitu bahasa lingua franca. Ditinjau dari persebaran bangsa: Kerinci termasuk bangsa Austronesia dengan penuturan bahasa yang didahului bunyi sengau. Ada tujuh naskah surat incung di dalam perpustakaan atau museum di dalam ( perpusnas ) maupun di luar negeri (Tropenmuseum Amsterdam)Tokoh Adat/budayawan Kota Sungai Penuh,Kerinci Depati.H.Amiruddin Gusti (wawancara “ 7-10 Oktober 2010 ) menjelaskan Aksara Ka-Ga-Nga oleh masyarakat luas di alam Kerinci di kenal sebagai aksara Rencong atau Incung Kerinci, Penyebutan Ka-Ga-Nga adalah istilah yang diperkenalkan oleh para ahli /peneliti aksara Incung, hal ini mengingat aksara incung di mulai dari huruf Ka – Ga – Nga,( istilah ini belum ada ditemui dalam naskah Kerinci ). Biasanya masyarakat adat menyebutkan sebagai surat i<n>cun(g), surat incung, atau surat<n>cun(g> jawa. Tambahan “Jawa” yang diberikan kepada aksara tersebut bukan berarti aksara tersebut berasal dari Jawa melainkan hanya diberi agar namanya kedengaran lebih berwibawa.

Secara Geografis Kerinci terletak di da­erah pegunungan sehingga kurang terpeng­aruh oleh pengaruh-pe­nga­ruh asing yang dibawa dari seberang lautan dan secara lambat me­rem­bet da­ri pesi­sir ke pedalaman. Salah satu pengaruh budaya asing ada­lah ma­suk­nya agama Islam. Serentak dengan penyebaran agama Islam ber­sebar pu­la tulisan Arab yang di Melayu terkenal se­bagai tulisan Jawi. Ak­sara “Arab gundul” tersebut cepat mengganti­kan aksara-aksara Suma­tra asli yang kemudian hilang sama sekali. Karena daerah-daerah yang di­sebut di atas berada di pedalaman dan agak terpencil, maka pengaruh Islam baru di­rasakan pada abad ke-19 sehingga aksara asli masih dapat ber­tahan sam­pai pada abad ke-20.

Pada hakekatnya aksara Incung bahagian dari sastra Indonesia Lama, karena naskah Incung Kerinci ditulis berbahasa Melayu. Dalam naskah itu, diantaranya banyak terdapat kata-kata dan ungkapan yang sulit untuk dimengerti bila dihubungkan dengan bahasa Kerinci yang digunakan oleh masyarakat sekarang, karena bahasa tersebut tidak menurut dialek desa tempatan yang ada di Kabupaten Kerinci. Namun walaupun demikian, jika disimak secara seksama isi naskah pada tulisan Incung, orang masih dapat menangkap maksud dan makna yang terkandung didalamnya. Dalam naskah tersebut kita temui kata-kata yang tidak lazim pada dialek penyebaran orang-orang Melayu yang bermukim di Sumatera dan Semenanjung Malaka. Perbedaannya berakar dari latar belakang bahwa induk suku Kerinci berasal dari Proto Melayu, dan dari sisi lain proses perjalanan sejarah orang Kerinci tentu berbeda dengan daerah Melayu lainnya, karena pemakaian aksara maupun fonetis bahasanya mendapat pengaruh lingkungan alam dan budaya lokal Kerinci. Aksara adalah sistem tanda-tanda grafis yang dipakai manusia untuk berkomunikasi dan sedikit banyaknya mewakili ujaran dan jenis sistem tanda grafis tertentu; misal aksara Pallawa, aksara suku Inka.

Menurut DR.P.Voorhove yang merupakan peneliti dari Belanda, yang menuliskan hasil penelitiannya yaitu naskah kerinci pada tahun 1941 mengatakan bahwa aksara incung masih digunakan oleh masyarakat suku Kerinci hinga tahun 1825, akan tetapi memasuki abad 20 sampai saat ini tersisa hanya beberapa orang memahami aksara incung Kerinci. Berdasarkan hasil penelitian Dr.P.Voorhoeve di Kerinci terdapat 271 naskah kuno dan 158 di antaranya ditulis dengan aksara incung yang ditulis di berbagai media, dengan rincian Aksara Incung yang di tulis pada tanduk sebanyak 82 potong, pada ruas buluh sebanyak 59 ruas, Pada kertas sebanyak 13 lembar, pada tulang sebanyak 1 lembar, aksara Incung yang di tulis pada kulit kayu sebanyak 2 potong, dan pada tapak gajah sebanyak 1potong. Kerinci tidak hanya memiliki aksara incung yang telah diciptakan nenek moyang berabad-abad yang lalu tetapi juga aksara Pallawa pada kitab Undang-undang 
melayu tertua di dunia yang dituliskan pada daun daluang di desa Tanjung Tanah.

Aksara Incung digunakan sesudah aksara Pallawa yang dikenalkan oleh bangsa melayu Sumatera. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya naskah kuno pada penelitian Uli kozok. Penelitian yang dilakukannya di tiga negara yakni Indonesia, Malaysia dan Belanda, filolog Dr Uli Kozok menyimpulkan bahwa naskah Melayu tertua ada di Kerinci, tepatnya di Desa Tanjung Tanah yang berusia jauh lebih tua 200 tahun dibanding dengan naskah surat Raja Ternate yang sebelumnya dinyatakan sebagai naskah melayu tertua di dunia. Naskah kitab undang-undang Tanjung Tanah diperkirakan dikeluarkan pada abad 14.

Aksara Incung yang dikreasikan ke perhiasan 'Bros' oleh Dekranasda Provinsi Jambi, yang pernah meraih juara 1 Mutumanikam tahun 2009 dan masuk perhiasan terbaik ASIA Tenggara di Singapura.


banner DNA PRODUCTION


Biografi Sultan Thaha Syaifudin



Sunday, 24 December 2017

Kabupaten Muaro Jambi

Provinsi     Jambi Kabupaten Muaro Jambi Ibu kota     Sengeti
Dasar hukum     UU RI No. 54 Tahun 1999

Kabupaten Muaro Jambi adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jambi, Indonesia. Kabupaten ini merupakan salah satu Kabupaten pemekaran dari Kabupaten Batanghari berdasarkan Undang-undang nomor 54 Tahun 1999, dengan luas wilayah 5.246 km², secara administratif terdiri dari 11 Kecamatan, 150 Desa dan 5 kelurahan, dengan jumlah penduduk 342.952 jiwa dengan tingkat pertumbuhan 3,93 persen per tahun.

 MOTTO
"SAILUN SALIMBAI”

 MAKNA
Semangat Kebersamaan/gotong-royong dalam segala aspek kehidupan masyarakat

PERISAI
Melambangkan perlindungan dan pertahanan dalam persatuan adat bersendi sarak

KUBAH MESJID
Melambangkan agama yang dianut sebagian besar penduduk Kabupaten Muaro Jambi yaitu Agama Islam.
Melambangkan bahwa tidak ada tempat bagi orang yang tidak beragama di Kabupaten Muaro Jambi.

ENAM GERBANG PINTU MESJID
Melambangkan 6 (enam) kecamatan awal terbentuknya Kabupaten Muaro Jambi


TIGA PULUH BUAH VENTILASI
Melambangkan jumlah awal keanggotaan DPRD Kabupaten Muaro Jambi


SUNGAI TERPUTUS
Melambangkan bahwa sebagian Kabupaten Muaro Jambi dilalui Sungai Batang Hari dan terputus karena melalui Kota Jambi.
Melambangkan salah satu potensi kehidupan dan sarana perhubungan masa lalu dan sekarang.


SELARAS DINDING CANDI 12 TINGKAT
Melambangkan Hari jadi Kabupaten Muaro Jambi yaitu pada tanggal 12

TANGGA SEPULUH TINGKAT
Melambangkan Bulan Hari jadi Kabupaten Muaro Jambi yaitu pada bulan Oktober

PONDASI CANDI, 9 PETAK KANAN, 9 PETAK KIRI
Melambangkan Tahun jadi kepahlawanan dan semangat perjuangan untuk menuju cita-cita


SEKIN
Melambangkan jiwa kepahlawanan dan semagat perjuangan untuk menuju cita-cita


KARET DAN KELAPA SAWIT
Melambangkan Potensi perkebunan masa lalu. sekarang dan akan datang di Kabupaten Muaro Jambi


MENARA PERTAMBANGAN MINYAK
Melambangkan potensi/aset minyak di Kabupaten Muaro Jambi


BUKU
Melambangkan Pendidikan, dimana buku merupakan sumber dari Ilmu Pengetahuan.

Thursday, 21 December 2017

CERITA RAKYAT JAMBI

CERITA RAKYAT JAMBI

Legenda Putri Tangguk

  Alkisah, di Negeri Bunga, Kecamatan Danau Kerinci Jambi, ada seorang perempuan bernama Putri Tangguk. Ia hidup bersama suami dan tujuh orang anaknya. tuk memenuhi kebutuhan keluarganya, ia bersama suaminya menanam padi di sawahnya nan hanya seluas tangguk. Meskipun hanya seluas tangguk, sawah itu dapat menghasilkan padi nan sangat banyak.
Setiap habis dipanen, tanaman padi di sawahnya muncul lagi dan menguning. Dipanen lagi, muncul lagi, dan begitu seterusnya. Berkat ketekunannya bekerja siang dan malam menuai padi, tujuh lumbung padinya nan besar-besar sudah hampir penuh. Namun, kesibukan itu membuatnya lupa mengerjakan pekerjaan lain. Ia terkadang lupa mandi sehingga dakinya dapat dikerok dengan sendok. Ia juga gak sempat bersilaturahmi dengan tetangganya dan mengurus ketujuh orang anaknya.
Pada suatu malam, saat ketujuh anaknya sudah tidur, Putri Tangguk berkata kepada suaminya nan sedang berbaring di atas pembaringan.
“Bang! Adik sudah capek setiap hari menuai padi. Adik ingin mengurus anak-anak dan bersilaturahmi ke tetangga, karena kita seperti terkucil,” ungkap Putri Tangguk kepada suaminya.
“Lalu, apa rencanamu, Dik?” tanya suaminya dengan suara pelan.
“Begini Bang! Besok Adik ingin memenuhi ketujuh lumbung padi nan ada di samping rumah tuk persediaan kebutuhan kita beberapa bulan ke depan,” jawab Putri Tangguk.
“Baiklah kalau begitu. Besok anak-anak kita ajak ke sawah tuk membantu mengangkut padi pulang ke rumah,” jawab suaminya.
“Ya, Bang!” jawab Putri Tangguk.
Beberapa saat kemudian, mereka pun tertidur lelap karena kelelahan setelah bekerja hampir sehari semalam. Ketika malam semakin larut, tiba-tiba hujan turun dengan deras. Hujan itu baru berhenti saat hari mulai pagi. akibatnya, semua jalan nan ada di kampung maupun nan menuju ke sawah menjadi licin.
Usai sarapan, Putri Tangguk bersama suami dan ketujuh anaknya berangkat ke sawah tuk menuai padi dan mengangkutnya ke rumah. Dalam perjalanan menuju ke sawah, tiba-tiba Putri Tangguk terpelesat dan terjatuh. Suaminya nan berjalan di belakangnya segera menolongnya. Walau sudah ditolong, Putri Tangguk tetap marah-marah.
“Jalanan kurang ajar!” hardik Putri Tangguk.
“Baiklah! Padi nan aku tuai nanti akan aku serakkan di sini sebagai pengganti pasir agar gak licin lagi,” tambahnya.
Setelah menuai padi nan banyak, hampir semua padi nan mereka bawa diserakkan di jalan itu sehingga gak licin lagi. Mereka hanya membawa pulang sedikit padi dan memasukkannya ke dalam lumbung padi. Sesuai dengan janjinya, Putri Tangguk gak pernah lagi menuai padi di sawahnya nan seluas tangguk itu. Kini, ia mengisi hari-harinya dengan menenun kain. Ia membuat baju tuk dirinya sendiri, suami, dan tuk anak-anaknya. Akan tetapi, kesibukannya menenun kain tersebut lagi-lagi membuatnya lupa bersilaturahmi ke rumah tetangga dan mengurus ketujuh anaknya.
Pada suatu hari, Putri Tangguk keasyikan menenun kain dari pagi hingga sore hari, sehingga lupa memasak nasi di dapur tuk suami dan anak-anaknya. Putri Tangguk tetap saja asyik menenun sampai larut malam. Ketujuh anaknya pun tertidur semua. Setelah selesai menenun, Putri Tangguk pun ikut tidur di samping anak-anaknya.
Pada saat tengah malam, si Bungsu terbangun karena kelaparan. Ia menangis minta makan. Untungnya Putri Tangguk dapat membujuknya sehingga anak itu tertidur kembali. Selang beberapa waktu, anak-anaknya nan lain pun terbangun secara bergiliran, dan ia berhasil membujuknya tuk kembali tidur. Namun, ketika anaknya nan Sulung bangun dan minta makan, ia bukan membujuknya, melainkan memarahinya.
“Hei, kamu itu sudah besar! gak perlu dilayani seperti anak kecil. Ambil sendiri nasi di panci. Kalau gak ada, ambil beras dalam kaleng dan masak sendiri. Jika gak ada beras, ambil padi di lumbung dan tumbuk sendiri!” seru Putri Tangguk kepada anak sulungnya.
Oleh karena sudah kelaparan, si Sulung pun menuruti kata-kata ibunya. Namun, ketika masuk ke dapur, ia gak menemukan nasi di panci maupun beras di kaleng.
“Bu! Nasi dan beras sudah habis semua. Tolonglah tumbukkan dan tampikan padi!” pinta si Sulung kepada ibunya.
“Apa katamu? Nasi dan beras sudah habis? Seingat ibu, masih ada nasi dingin di panci sisa kemarin. Beras di kaleng pun sepertinya masih ada tuk dua kali tanak. Pasti ada pencuri nan memasuki rumah kita,” kata Putri Tangguk.
“Ya, sudahlah kalau begitu. Tahan saja laparnya hingga besok pagi! Ibu malas menumbuk dan menampi beras, apalagi malam-malam begini. Nanti mengganggu tetangga,” ujar Putri Tangguk.
Usai berkata begitu, Putri Tangguk tertidur kembali karena kelelahan setelah menenun seharian penuh. Si Sulung pun kembali tidur dan ia harus menahan lapar hingga pagi hari.
Keesokan harinya, ketujuh anaknya bangun dalam keadaan perut keroncongan. Si Bungsu menangis merengek-rengek karena sudah gak kuat menahan lapar. Demikian pula, keenam anaknya nan lain, semua kelaparan dan minta makan. Putri Tangguk pun segera menyuruh suaminya mengambil padi di lumbung tuk ditumbuk. Sang Suami pun segera menuju ke lumbung padi nan berada di samping rumah. Alangkah terkejutnya sang Suami saat membuka salah satu lumbung padinya, ia mendapati lumbungnya kosong.
“Hei, ke mana padi-padi itu?” gumam sang Suami.
Dengan perasaan panik, ia pun memeriksa satu per satu lumbung padinya nan lain. Namun, setelah ia membuka semuanya, gak sebutir pun biji padi nan tersisa.
“Dik…! Dik…! Cepatlah kemari!” seru sang Suami memanggil Putri Tangguk.
“Ada apa, Bang?” tanya Putri Tangguk dengan perasaan cemas.
“Lihatlah! Semua lumbung padi kita kosong. Pasti ada pencuri nan mengambil padi kita,” jawab sang Suami.
Putri Tangguk hanya ternganga penuh keheranan. Ia seakan-akan gak percaya pada apa nan baru disaksikannya.
“Benar, Bang! Tadi malam pencuri itu juga mengambil nasi kita di panci dan beras di kaleng,” tambah Putri Tangguk.
“Tapi, gak apalah, Bang! Kita masih mempunyai harapan. Bukankah sawah kita adalah gudang padi?” kata Putri Tangguk.
Usai berkata begitu, Putri Tangguk langsung menarik tangan suaminya lalu berlari menuju ke sawah. Sesampai di sawah, alangkah kecewanya Putri Tangguk, karena harapannya telah sirna.
“Bang! Pupuslah harapan kita. Lihatlah sawah kita! Jangankan biji padi, batang padi pun gak ada. nan ada hanya rumput tebal menutupi sawah kita,” kata Putri Tangguk.
Sang Suami pun gak dapat berbuat apa-apa. Ia hanya tercengang penuh keheranan menyaksikan peristiwa aneh itu. Dengan perasaan sedih, Putri Tangguk dan suaminya pulang ke rumah. Kakinya terasa sangat berat tuk melangkah. Selama dalam perjalanan, Putri Tangguk mencoba merenungi sikap dan perbuatannya selama ini. Sebelum sampai di rumah, teringatlah ia pada sikap dan perlakuannya terhadap padi dengan menganggapnya hanya seperti pasir dan menyerakkannya di jalan nan becek agar gak licin.
“Ya… Tuhan! Itukah kesalahanku sehingga kutukan ini datang kepada kami?” keluh Putri Tangguk dalam hati.
Sesampainnya di rumah, Putri Tangguk gak dapat berbuat apa-apa. Seluruh badannya terasa lemas. Hampir seharian ia hanya duduk termenung. Pada malam harinya, ia bermimpi didatangi oleh seorang lelaki tua berjenggot panjang mengenakan pakaian berwarna putih.
“Wahai Putri Tangguk! Aku tahu kamu mempunyai sawah seluas tangguk, tetapi hasilnya mampu mengisi dasar Danau Kerinci sampai ke langit. Tetapi sanan, Putri Tangguk! Kamu orang nan sombong dan takabbur. Kamu pernah meremehkan padi-padi itu dengan menyerakkannya seperti pasir sebagai pelapis jalan licin. Ketahuilah, wahai Putri Tangguk…! Di antara padi-padi nan pernah kamu serakkan itu ada setangkai padi hitam.
Dia adalah raja kami. Jika hanya kami nan kamu perlakukan seperti itu, gak akan menjadi masalah. Tetapi, karena raja kami juga kamu perlakukan seperti itu, maka kami semua marah. Kami gak akan datang lagi dan tumbuh di sawahmu. Masa depan kamu dan keluargamu akan sengsara. Rezekimu hanya akan seperti rezeki ayam. Hasil kerja sehari, cukup tuk dimakan sehari. Kamu dan keluargamu gak akan bisa makan jika gak bekerja dulu. Hidupmu benar-benar akan seperti ayam, mengais dulu baru makan….” ujar lelaki tua itu dalam mimpi Putri Tangguk.
Putri Tangguk belum sempat berkata apa-apa, orang tua itu sudah menghilang. Ia terbangun dari tidurnya saat hari mulai siang. Ia sangat sedih merenungi semua ucapan orang tua nan datang dalam mimpinya semalam. Ia akan menjalani hidup bersama keluarganya dengan kesengsaraan. Ia sangat menyesali semua perbuatannya nan sombong dan takabbur dengan menyerakkan padi tuk pelapis jalan licin. Namun, apalah arti sebuah penyesalan. Menyesal kemudian tiadalah guna.

Perumahan Bumi Cipta Mendalo

Sherrin Tharia Zola


H. Zumi Zola Zulkifli, S.TP, M.A
Gubernur Jambi

Sherrin Tharia Zola
Istri Gubernur Jambi 

Gubernur dan Wakil Gubernur Jambi

Gubernur Jambi, 
H.Zumi Zola Zulkifli, S.TP,MA

Wakil Gubernur Jambi
Dr.Drs.H.Fachrori Umar, M.Hum

Wednesday, 20 December 2017

ZAPIN DANA BEDANA

ZAPIN DANA BEDANA
Tarian ini merupakan ramuan dari zapin dan dana yang diolah manjadi paduan dalam kareografi yang harmonis. Zapin Dana Bedana mengungkapkan berbagai suasana dan pengalaman yang pernah dialami dan dirasakan para penari Zapin dan Dana, seperti menari di atas permaidani dalam ukuran terbatas, menari berpasangan untuk pergaulan, bercanda selepas tugas atau kewajipan dan lainnya.

TIMKES PROVINSI JAMBI
Taman Mini Indonesia
Sasana Kriya - Jakarta

Bumi Cipta Mendalo


https://goo.gl/maps/1jtVvmZKs8H2
Lokasi Perumahan Bumi Cipta Mendalo

Sunday, 17 December 2017

Materi Pameran Museum Siginjei



Museum adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan.
Koleksi  adalah semua jenis benda bukti materiil hasil budaya manusia, alam dan lingkungannya yang disimpan dalam museum dan mempunyai nilai bagi pembinaan dan atau pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebudayaan.

Klasifikasi 10 Jenis Koleksi
  1. Geologika, benda koleksi disiplin ilmu geologi (fosil, batuan, mineral, dan benda bentukan alam lainnya, seperti andesit dan granit).
  2. Biologika, benda koleksi disiplin ilmu biologi (rangka manusia, tengkorak, hewan, dan tumbuhan baik fosil ataupun bukan).
  3. Etnografika, benda koleksi budaya disiplin ilmu antropologi yang merupakan hasil budaya atau identitas suatu etnis.
  4. Arkeologika, benda koleksi yang merupakan peninggalan budaya sejak masa prasejarah sampai masuk penagaruh barat.
  5. Historika, benda koleksi yang memiliki nilai sejarah dan menjadi objek penelitian sejak masuknya pengaruh barat hingga sekarang (negara, tokoh, kelompok, dan sejenisnya).
  6. Numismatika dan heraldika. Numismatika adalah alat tukar atau mata uang yang sah. Heraldika adalah lambang, tanda jasa dan tanda pangkat resmi (cap atau stempel).
  7. Filologi, benda koleksi disiplin filologi (naskah kuno tulisan tangan yang mendeskripsikan suatu peristiwa).
  8. Keramonologi, benda koleksi barang pecah belah yang terbuat dari tanah laiat yang dibakar.
  9. Seni rupa, benda koleksi yang mengekspresikan pengalaman artistik manusia melalui karya sua atau tiga dimensi.
  10. Teknologika, setiap benda atau kumpulan benda yang menunjukkan perkembangan teknologika tradisional hingga modern.

 


Tari Puti Betauh



Tari Puti Betauh
Penata Tari : Eri Argawan
Penata Musik : Wawan Hasan

Produksi :
Dinas Kebudayaan & Pariwisata Prov. Jambi
UPTD. TAMAN BUDAYA JAMBI - Tahun 2017
DR. EMA


DNA-PRODUCTION
Kameraman : DONI - DANI
Photography : NANAK

RDC-PRO
Soundsystem - Lighthing - Rigging

Book Cover Design




Museum Gentala Arasy

Menara Gentala Arasy diresmikan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia H. Muhammad Jusuf Kalla pada tanggal 28 Maret 2015.
Pembangunannya diawali melalui musyawarah Gubernur Jambi H. Hasan Basri Agus dengan para tokoh masyarakat, seniman dan budayawan. Menara dibangun atas gagasan dan pemikiran yang sangat konseptual yang membawa manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat  serta memberi kebaikan bagi lingkungan sekitarnya. Proses pembangunannya berawal dari pembebasan tanah oleh Biro Aset dan Kekayaan Daerah Sekretariat Daraerah Provinsi Jambi melalui APBD Tahun 2010 seluas 4.507,12 M2. Tahun 2011 dilanjutkan oleh Dinas PU Provinsi Jambi memulainya dengan program kegiatan Detail Engineering Design (DED).

Hasil rumusan rancangan bangunan oleh Dinas Pekerjaan Umum (PU), berwujud sebuah menara yang terhubung oleh sebuah jembatan pedestrian dengan referensi dasar bangunan ditempat tersebut yang Islami dan memiliki identitas karakter melayu Jambi yang  kemudian dituangkan kedalam format teknis Dinas Pekerjaan Umum (PU).

Menara Gentala Arasy dibangun secara bertahap ( 2011-2014 ) yang dilakukan Pemerintah Provinsi Jambi melalui Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jambi. Luas bangunan utama ± 1.290.44 m2, taman dan pelataran lainnya ± 3.2016,69 m2. Ketinggian menara 80 m. Struktur pondasi bore file kedalaman 18 m. Struktur menara core beton 25 cm. Luas ruang museum ± 652,53 m2, balkon dapat melalui lift pada ketinggian 25 m. Tepasang 6 unit Jam pada badan menara, 4 unit diketinggian 70 m dengan diameter jam 3 m. 2 unit pada ketinggian 30 m diameter 1,2 m.

Menara Jam diharap dapat berfungsi sebagai penanda waktu ibadah dan hari-hari besar dan momen lainnya seperti waktu berbuka puasa, syahur dan lain-lainnya yang terkoneksi secara mekanik elektronik dengan Masjid Agung Al-falah Jambi.




Untuk menghubungkan menara yang berlokasi di Kelurahan Arab Melayu Kec.Pelayangan Kota Jambi dengan kawasan Tanggo Rajo dibangun jembatan pedestrian khusus untuk pejalan kaki yang memiliki panjang ± 530 m dengan lebar 4,5 m. Wujud dari bentang jembatan pedestrian ini berkonfigurasi huruf “S”, merupakan simbol syukur kepada Sang Pencipta atas berbagai capaian pembangunan yang telah diraih.

 ” Gentala Arasy”.  Nama ini berasal dari gabungan dua kata  Genta dan Tala. Genta: Alat bunyian yang terbuat dari logam, Tala: alat penyelaras. Akronim dua kata ini dimaknai sebagai bunyi pemandu yang selaras. Sedangkan kata “Arasy” ialah tempat tertinggi. Maka Gentala Arasy dimaknai bunyi panduan yang menyelaraskan ketentuan waktu dimana umat Islam harus mendirikan sholat lima waktu menghadap Allah SWT.

Sebagai pengingat, tanpa bermaksud mengkultuskan seseorang, Gentala Arasy dapat pula diartikan dengan” Genah Tanah Kelahiran Abdurrahman Sayoeti Gubernur Jambi periode ( 1089-1989) yang dilahirkan dan dibesarkan di Kota Seberang Jambi. Ia sosok yang dihormati dengan pengabdiannya dalam membangun Jambi.

Makna filosofis penempatan bangunan menara ini juga bukan tanpa makna, Kota Jambi Seberang awalnya sering disebut seberang kota atau sekoja merupakan kawasan budaya dengan beragam tinggalan dan bentuk warisan budaya melayu Islam.

Menara Gentala Arasy di ruang bawahnya difungsikan sebagai museum dengan memamerkan koleksi sejarah dan budaya  Islam di provinsi Jambi. Ruang dasarnya dimanfaatkan selain untuk kantor juga sebagai ruang teater untuk menayangkan film-film ilmu pengetahuan serta film sejarah dan budaya yang bernuansa Pada Ruangan museum dipamerkan berbagai jenis koleksi tinggalan sejarah dan budaya Islam yang berasal dari provinsi. Penyajian koleksi ditata sesuai dengan tata pameran museum yang dikelompokkan berdasarkan Tematis yaitu:
1. Naskah-naskah dan foto para Ulama
2. Seni dan Budaya Islam
3. Arsitektur Islam
4. Pendidikan Islam
5. Sejarah Menara Gentala Arasy

Pengelompokan tersebut diharapkan dapat mempermudah para pengunjung untuk memahami berbagai hal yang berkaitan dengan tata pameran Museum Gentala Arasy. Semua benda koleksi, foto dan informasi yang tersaji dalam pameran ini dapat memberikan nilai positif bagi masyarakat khususnya dunia pendidikan untuk mengetahui tentang sejarah dan kebudayaan Islam di Jambi.

Sejarah tentang masuknya Islam ke Jambi diketahui secara fragmentaris, dimana penyebaran dan perkembangan Islam identik dengan peradaban budaya Melayu Jambi yang memiliki kekayaan peninggalan sejarah dan budaya sejak masa pra sejarah, Indu-Budha, Islam  dan pengaruh Eropa.

Penyebaran agama Islam berjalan dengan damai, tidak heran bila Islam berkembang dengan pesat diseluruh wilayah Jambi khususnya dan nusantara pada umumnya. Penyebaran agama Islam terus berlanjut yang dilakukan oleh Ulama, Mubaligh dan Kiyai yang pergi ke Mekkah  Al-Mukarramah belajar atau sebaliknya yang memiliki peran besar dalam menyebarkan dan mengembangkan Islam di nusantara pada umumnya dan di Jambi khususnya. Di seberang kota Jambi sekarang lokasinya merupakan awalnya pusat perkembangan